Jelas sekali,pada kenyatannya banyak umat Islam lebih betah membaca isi dari gadget mereka jika dibandingkan kitab suci Al Qur'an.
Tak semestinya orang yang beriman malas untuk membaca Al Qur’an, karena bagaimanapun juga Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa Al Qur’an adalah kitab yang berisi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.
Jika seseorang tidak membaca Al Qur’an lantaran ia tidak bisa membaca aksara arab, maka hendaklah ia belajar membaca, karena sekarang ini terdapat banyak metode belajar membaca AL Qur’an, bahkan ada metode pembelajaran yang cepat, hanya membutuhkan lima kali pertemuan seseorang sudah dapat membaca Al Qur’an, maka tidak ada alasan yang dapat dibenarkan kalau hari ini ada orang yang tidak bisa membaca Al Qur’an.
Persoalannya, maukah orang yang tidak bisa membaca AL Qur’an tersebut meluangkan waktunya untuk belajar Al Qur’an. Jangan karena beralasan sibuk lalu tidak mau belajar Al Qur’an. Sesibuk apapun seseorang itu mestinya ia harus meluangkan waktunya untuk belajar Al Qur’an. Dan juga jangan karana alasan malu karena sudah lanjut usia lalu tidak mau belajar Al Qur’an. Bukankah ada ada perkataan bijak yang menyebutkan “Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.”
Jika masih bersikeras dengan yang namanya waktu dan membaca Al-Quran, cobalah tengoh bocak luar biasa satu ini. Dimana di tengah keterbatasan ia mampu mengalahkan pandangan pilu dari semua orang, dan bangkit menjadi dia yang saat ini memegang teguh sebagai penghafal Al-Qur'an.
Alana, salah satu peserta Hafiz Indonesia 2017 yang diselenggarakan oleh stasiun TV swasta Indonesia, melakukan sambung ayat bersama Hafidz Yazid El Laboody sebanyak 6 ayat. Memiliki kondisi kaki yang cacat, Alana, tak menyurutkannya untuk menghafal Al-Qur’an guna memberikan mahkota cahaya bagi kedua orangtuanya di surga.
Ditengah-tengah acara saat sebelum menampilkan tayangan keseharian, anak asal Banjar Negara Jawa Tengah. Syeikh Ali Jaber, Juri Hafiz Indonesia, mengungkapkan tanggapannya tentang kondisi fisik Alana.
“Saya lihat dari Alan ini, menjadi pelajaran bagi kita semua, yang bisa dikatakan cacat adalah orang yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Bukan fisiknya. Kalu dia seorang Muslim tidak bisa baca Al-Qur’an itulah yang bisa dikatakan miskin. Tapi orang-orang yang dari segi fisik memiliki kekurangan, mudah menghafalkan Al-Qur’an. Ini adalah bukti dari ayat Allah SWT yang membuktikan Maha Adil Allah SWT,” ujar Syeikh Ali Jaber.
Selain itu, juri hafiz Indonesia ini mengatakan ini bukti dari ayat Allah surat Al-Insirah ayat 5 dan 6, bahwa dimana ada kesulitan disana pula disertakan kemudahan. Bukan yang cacat fisiknya, tapi yang cacat adalah hati dan pikiran yang tidak bisa membaca Al-Qur’an.
“Ketika dia bisa menghafal Al-Qur’an dengan kondisi yang lemah kemudian ibunya memoperjuangkan tanpa putus asa dan yakin. Allah SWT akan mengeluarkan cahaya Al-Qur’an,bahkan bersinar dalam kehidupannya di , dikubur dan di akhirat ,” ujar juri hafiz Indonesia tersebut.
Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan hari-hari di bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini dengan berbagai aktivitas ibadah, khususnya membaca al-Qur’an. Tidak ada salahnya pula, mulai hari ini, kita memprioritaskan diri untuk membaca dan mempelajari isi al-Qur’an. Setidaknya, sama lamanya dengan mengutak-atik ponsel dan gadget setiap hari.
semoga kita selalu diberikan kekuatan iman oleh Allah SWT..
sumber : wajibbaca.com
Karena Sejatinya Cacat Itu Bukanlah dari Fisik, Akan Tetapi Hati dan Lisan yang Tidak Mengamalkan Al Qur'an!
4/
5
Oleh
Unknown